Diam/sabar adalah emas
Diam atau
sabar adalah emas, ini kata yang pas dan pantas seperti yang telah banyak dan
sering saya alami di dalam rumah tangga kami, dan dengan orang-orang terdekat
kami. Sering saya alami setiap pulang beraktifitas, tiba-tiba saja raut wajah
istri saya lain dari biasanya, demikian juga dengan orangtua saya. Dalam hati
saya sering bertanya, ada apa lagi dengan rumah tangga kami?. Rasa ingin tahu
jadi tak terbendung lagi , saya tanya istri saya hanya diam saja, pengen marah
takut tambah runyam.
Dan tepatnya 1
minggu yang lalu walaupun ini sudah sering terjadi, kira-kira jam 01.00 dini
hari saya terpaksa membangunkan istri saya untuk sekedar ingin tahu apa yang
terjadi dengan orang tua kami, kenapa tadi sore orangtua ketemu saya pada diam
semua? Emang ada masalah apa lagi? Dan benar saja apa yang saya pikirkan,
orangtua saya bentrok/berselisih paham dengan istri saya hanya karena masalah
sepele.
Bermula dari
Bapak saya pinjam sekop dirumah saya, berhubung ada dua buah Bapak saya memilih
sekop yang baru, lalu sama Istri saya diganti dengan sekop yang sudah
reot/rusak. Dalam hati saya menyadari itu yang membuat Bapak saya marah, tetapi
kenapa semua jadi marah dan diam sama saya? Mungkin ini dianggap hanya
permasalah yang sepele, ketika seorang menantu tidak akur dengan mertuanya,
tetapi bagi saya ini merupakan beban pergumulan yang begitu berat. Ingin
rasanya malam itu saya membangunkan orangtua saya, tapi masih banyak
pertimbangan, kenapa ini terjadi lagi? Kenapa belum juga rukun? Kenapa masih
ada iri hati? Kenapa masih ada ketidakharmonisan?
Tetapi saya
tetap yakin dan percaya Tuhan masih bersama kami dan masih senantiasa memberi
kesabaran, karena saya sangat memegang teguh firman Tuhan : “jadilah terangmu
bercahaya didepan semua orang”. Tuhan pasti memberi pertolongan bagi kehidupan
rumah tangga kami terlebih keluarga besar kami, orang tua dan saudara-saudara
kami yang belum percaya menjadi percaya terlebih bisa menerima Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan juruselamat.AMIN
Amsal 14 : 29 : “Orang yang sabar
besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”
Sumber kesaksian : Bapak Priyanto
0 komentar:
Post a Comment